http://dollarsincome.com/-529620.htm
BERFIKIR
SISTEMIK DALAM PEMBELAJARAN
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Perencanaan
Sistem PAI
Dosen Pengampu
: Sholikhin, M.Pd.I
Disusun Oleh :
Ekhsan
Nor 111 676
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH PRODI PAI
TAHUN 2013
A. Pendahuluan
Berfikir sistemik mendorong pendekatan multidisipliner
yang memandang sesuatu masalah dari berbagai sudut dan disiplin ilmu. Implikasi
dari cara pandang ini berdampak pada pola pemecahan masalah yang bersifat
sektoral. Pendidikan sebagai suatu sistem hersifat terbuka. Pemecahan masalah
tidak dapat secara tuntas dipecahkan oleh sistem pendidikan itu sendiri. Oleh
sebab itu, dalam pengelolaan sistem pendidikan, diperlukan suatu tim yang sifatnya
multidisipliner.[1]
Sedangkan
pada Interaksi sistemik didasarkan atas asumsi konsep sistem, yaitu adanya
suatu bangunan atau konsep yang terdiri dari berbagai unsur atau elemen yang
saling terkait, jika salah satu unsur hilang atau dihilangkan akan mengurangi
kesempurnaan kerja bangunan tersebut. Sedangkan Pembelajaran pada hakikatnya
merupakan sebuah sistem, artinya terciptanya sebuah pembelajaran disebabkan
karena ada berbagai komponen atau faktor yang berinteraksi. Salah satu komponen
terganggu/rusak akan mengganggu berjalannya proses pembelajaran tersebut.
Interaksi sistemik berarti adanya sinergitas dan keselarasan diantara komponen,
sehingga terwujud standar kualitas pendidikan.
Sistem adalah
suatu konsep yang abstrak. Definisi yang umum menyatakan bahwa sistem adalah
seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan. Rumusan ini sangat sulit dipahami, dalam artian yang luas suatu
pengertian sistem
muncul karena seseorang telah mendefinisikannya demikian. Berfikir
sistemik adalah suatu pendekatan dari metode ilmiah, ini merupakan sistesis
pemecahan masalah yang berhasil dan telah banyak digunakan orang pada
bermacam-macam ilmu pengetahuan.
Menurut
Roestiyah, NK Pendekatan sistemik dalam pembelajaran bertujuan agar kita dapat
mengerti masalah pembelajaran sebagai suatu keseluruhan secara tuntas dan dapat
mendalamai pula bagian-bagiannya. Diharapkan pula dengan Berfikir sistemik
dalam pembelajaran kita dapat memahami pula cara bagaimana masing-masing itu
saling berinteraksi, saling berfungsi dan saling bergantung didalam suatu
sistem untuk mencapai tujuan tertentu.
Jadi suatu
sistem dapat saja menjadi suatu sistem yang lebih kompleks, yang berarti bahwa
kita yang mempertimbangkannya sebagai sistem,
dan kita sendiri yang menentukan batas-batas dari sistem itu sendiri.
Konsep Berfikir
kesisteman ini perlu dikaji lebih dalam terutama dalam bidang pendidikan dan
pengajaran sebagai wujud kepedulian para pendidik dan mereka yang peduli
terhadap dunia pendidikan agar tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 dapat terwujud.[2]
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
- Bagaimana komponen dalam pembelajaran sistemik?
- Bagaimana Konsep Pendekatan Sistem dalam pembelajaran?
- Bagaimana Strategi desain sistem pembelajaran ?
C. Pembahasan
1. Komponen Dalam Pembelajaran Sistemik
Komponen dalam pembelajran sistemik
didasarkan pada asumsi bahwa pendidikan adalah suatu sistem, yaitu sebuah proses
yang ditentukan oleh beberapa elemen atau faktor yang saling berinteraksi dan
berinterdependensi, salah satu elemen hilang atau rusak maka hilanglah
pendidikan tersebut.
Proses pembelajaran adalah merupakan
interaksi sitemik, yaitu pembelajaran itu berjalan di dukung oleh beberapa
komponen yang saling berinteraksi (berkait). Interaksi itu harus dilakukan
secara sistematis oleh guru. Peristiwa interaktif edukatif adalah dibangun dari
berbagai komponen yang menjadi prasyarat utama untuk terjadinya proses
interaksi edukatif itu sendiri. Komponen interaksi edukatif biasanya dibangun
atas beberapa komponen utama, yaitu :
1.
Tujuan belajar
Tujuan menjadi arah proses pembelajaran dan akan
menentukan model pembelajaran yang dilakukan guru. suatu contoh guru mengajar
mata pelajaran fiqih, pokok bahasan bab sholat, bagi guru yang memiliki tujuan
hanya menginginkan siswa bisa melaksanakan sholat pasti berbeda dengan guru
yang memiliki tujuan agar siswa menghafal bacaan dalam sholat;
2.
Materi Pelajaran
Materi pelajaran bisa dikemas dari realitas atau dinamika
masyarakat. Guru tidak menjadi sumber segala sumber materi. Sumber materi
pelajaran bisa berasal dari guru, dari buku, dan realitas peristiwa;
3.
Metode Mengajar
4.
Sumber belajar
Sumber belajar bisa berasal dari berbagai aspek, guru
tidak menjadi satu-satunya sumber belajar
5.
Media untuk belajar
6.
Manajemen interaksi belajar mengajar
Artinya guru harus memiliki kemampuan untuk memberikan
penjelasan materi pelajaran secara baik.
7.
Evaluasi belajar
8.
Anak yang belajar
Dimaksud disini adalah anak yang belajar harus dipahami
sebagai anak yang sudah memiliki potensi untuk berkembang. Guru hanya berperan
sebagai penuntun atau pembimbing anak.
9.
Kompetensi guru
Untuk mewujudkan proses pembelajaran sistemik diperlukan
kompetensi guru yang ideal, kompetensi yang harus dimiliki mencakup beberapa
hal :
a.
Kompetensi kepribadian
b.
Kompetensi sosial
c.
Kompetensi pedagogik
d.
Kompetensi profesional. [3]
Dalam komponen diatas tidak
lepas dengan halnya sistem perencanaan pengajaran yang sistematis dalam rangka
pengembangan Course design, yaitu :
1.
Identifikasi tugas-tugas
Kegiatan merancang suatu program harus dimulai
identifikasi tugas-tugas yang menjadi tuntutan suatu pekerjaan. Karena itu
perlu dibuat suatu job description secara cermat dan lengkap.
2.
Analisis tugas
Tugas-tugas yang telah ditetapkan secara dimesional
dijabarkan menjadi seperangkat tugas yang lebih terperinci
3.
Penetapan kemampuan
Langkah ini ditentukan sesuai dengam kriteria kognitif,
afektif dan performance
4.
Spesifikasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Hal-hal tersebut ditampilkan sebagai kriteria kognitif,
afektif, dan performance.
5.
Identifikasi kebutuhan pendidikan dan latihan
Ini merupakan kebutuhan pendidikan dan latihan yang
disediakan dalam rangka mengembangkan kemampuan yang telah ditetapkan.
6.
Perumusan tujuan
Tujuan program atau pendidikan ini masih bersifat umum,
yang dirumuskan harus koheren dengan kemampuan-kemampuan yang hendak
dikembangkan.
7.
Kriteria keberhasilan program
Kriteria ini sebagai indikator keberhasilan sutau
program, ini ditandai oleh ketercapaian tujuan-tujuan atau kemampuan yang
diharapkan.
8.
Organisasi sumber-sumber belajar
Langkah ini menekankan pada materi pelajaran yang akan
disampaikan sehubungan dengan pencapaian tujuan kemampuan yang telah
ditentukan.
9.
Pemilihan strategi pengajaran
10.
Uji lapangan program
Uji coba ini dimaksud untuk melihat kemungkinan
terlaksananya, melalui uji coba sistematik sehingga dapat nilai kemungkinan
keberhasilannya.
11.
Pengukuran realibitas program
12.
Perbaikan dan penyesuaian program
13.
Pelaksanaan program
Pada tingkat ini perlu dirancang dan dianalisis
langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka pelaksanaan program.
14.
Monitoring program
Sepanjang pelaksanaan perlu diadakan monitoring secara
terus dan berkala untuk menghimpun informasi tentang pelaksanaan program.
Kegiatan ini hendaknya didesain secara analisis.[4]
Dengan demikian
diharapkan pada akhirnya dikembangkan suatu program yang benar-benar sinkron
dengan kebutuhan lapangan dan memiliki kemampuan beradaptasi.
2.
Konsep Pendekatan Sistem dalam pembelajaran
Konsep
pendekatan sistem mulanya digunakan dalam bidang teknik untuk mendesain sistem
elektronik, mekanik dan militer. Dalam hal ini pendekatan sistem melibatkan
sistem manusia dan mesin dan selanjutnya dilaksanakan dalam bidang
keorganisasian dan manajemen. Pada akhir tahun 1950 dan awal 1960-an pendekatan
sistem mulai digunakan dalam bidang latihan dan pendidikan (merumuskan
masalah), analisis kebutuhan dengan maksud mentransformasikannya menjadi
tujuan-tujuan (analisis masalah), desain metode dan materi intruksional
(pengembangan suatu pemecahan masalah), pelaksanaan secara eksperimental, dan
akhirnya menilai dan merevisi.
Menurut Oemar
Hamalik konsep diatas sebenarnya merupakan cara penjelasan pendekatan sistem
yang kurang efektif karena memberikan kesan seolah-olah prosesnya linear yang
selangkah demi selangkah harus diselesaikan lebih dulu sebelum melaksanakn
langkah berikutnya. Padahal kenyataannya tidak demikian, karena pemecahan
masalah terkadang melibatkan lompatan-lompatan kedepan yang berdasar pada
pemahaman seketika. Karena harus dilengkapi dengan panah-panah dari kotak satu
ke kotak lainnya, atau ke depan dan belakang, ini mengakibatkan bagan itu
menjadi sulit untuk untuk dibaca.
Selain itu bagan tersebut memberikan kesan
bahwa prosedur berjalan secara mekanistik, mengikuti aturan-aturan yang telah
ditentukan pada setiap langkah sebagaimana prosedur dalam komputer. Padahal
setiap langkah tidak mengatur semua kejadian tetapi merupakan petunjuk Berfikir
dan bukan merupakan proses Berfikir.
Roestiyah, NK menguraikan suatu
sistem pada dasarnya mengandung 3 (tiga) aspek yaitu :
(a)
tujuan
Sistem
dibangun dari bagian-bagian atau komponen dan sejumlah komponen itu adalah isi
dari sistem.
(b)
Isi
Isi
sistem disusun untuk mencapai suatu tujuan
(c)
Proses
Operasi
dan fungsi komponen itu dihubungkan dalam instruksi untuk mencapai tujuan
sistem, itulah yang disebut proses sistem.
Suatu sistem dapat
diidentifikasikan oleh tujuannya. Tujuan menjelaskan pada kita apa yang harus
dikerjakan, tujuan menentukan pula proses apa yang harus ditempatkan.
Pengertian dari
sistem pembelajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi
unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
Sesuai
dengan rumusan tersebut maka unsur manusia yang terlibat dalam sistem
pembelajaran tersebut adalah siswa, pengajar (guru), dan tenaga kependidikan
lainnya. Sedangkan
unsur material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur/spidol, fotografi, slide,
film, audio dan video tape (lebih umum disebut media pendidikan). Fasilitas dan
perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audiovisual bahkan juga
komputer. Lebih lanjut komponen unsur material ini bisa juga disebut sebagai
sumber belajar. Menurut Ahmad Rohani sumber belajar (learning resourses) adalah
segala macam sumber yang ada diluar diri seseorang (peserta didik) dan yang
memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.
Sumber belajar
inilah yang memungkinkan peserta didik (siswa) berubah dari tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari tidak trampil menjadi
trampil. Dan dari sumber-sumber belajar itu pula siswa bisa membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk, mana yang terpuji dan mana yang tercela. Dengan
cakupan yang lebih luas sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman yang sangat
luas, yakni seluas kehidupan yang mencakup segala sesuatu yang dapat dialami
dan dapat menimbulkan proses belajar, yakni adanya perubahan tingkah laku ke arah yang
lebih sempurna sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Roestiyah, NK , sumber
belajar itu meliputi :
a. Manusia (dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat)
b. Buku/perpustakaan
c. Media
d. Lingkungan
e. Alat pelajaran (buku, peta, gambar, kaset,
tape, papan tulis, kapur, spidol dll)
Sedangkan menurut Sudirman,N, dkk, bahwa macam-macam
sumber belajar itu adalah :
a. Manusia
b. Bahan (material)
c. Lingkungan (setting)
d. Alat dan perlengkapan
e. Aktivitas yang meliputi :
1. Pengajaran berprogram
2. Simulasi
3. Karyawisata
4. Sistem pengajaran modul.[5]
3.
Strategi desain
sistem pembelajaran
Strategi sistem pembelajaran ialah suatu
perencanaan untuk menggunakan prosedur desain agar lebih efektif. Prosedue desain
melukiskan bagaimana cara memilih dan mengorganisasikan komponen-komponen dalam
sistem pembelajaran. Tetapi karena proses desain
adalah hal yang sangat kompleks, maka kita harus mempunyai suatus strategi desain yang akan menolong
seorang desainer (guru/dosen) untuk mengevaluasi semua alternatif yang penting
dan sampai pada kesimpulan bahwa pencapaian tujuan sistem itu lebih efisien.
Pada dasarnya suatu desain sistem terdiri dari
tiga tahap :
(a) analisis kebutuhan sistem pembelajaran
(b) mendesain sistem pembelajaran
(c) mengevaluasi sistem pembelajaran secara efektif
Dalam
menganalisa kebutuhan sistem pembelajaran, terdapat 2 masalah sistem yang
dikhususkan : pertama, bagaimana kita dapat melukiskan tujuan dari sistem
pembelajaran dan kedua, bagaimana kita dapat melukiskan kegunaan/manfaat dan
hambatan-hambatan yang ada sehingga ada kemungkinan bertentangan dengan tujuan
yang akan dicapai dalam sistem pembelajaran tersebut. Dengan memikirkan tujuan,
sumber dan hambatan-hambatan secara bersama-sama, maka seorang desainer dalam
posisi ini juga mengevaluasi semua kemungkinan komponen sistem dan metode untuk
mengorganisasikannya. Dalam tahap mendesain sistem pembelajaran, seorang desainer
menyeleksi dan menyusun komponen-komponen yang utama dan prosedurnya, yang akan
digunakan dalam suatu sistem dan mencoba melaksanakan sistem pembelajaran itu.
Dalam tahap
evaluasi desainer membandingkan penampilan aktif dari sistem pembelajaran
dengan penampilan dalam perencanaan. Sistem itu boleh menjadi redesain
tergantung pada perluasan perbedaan antara perencanaan penampilan aktif dari
sistem gambar dibawah ini akan melukiskan 3 tahap dari strategi desainer sistem
pembelajaran.
Prosedur kedua
tahap dari ketiganya dalam perencanaan desain sistem itu ialah tercakup dalam
masalah tujuan belajar, diskripsi tentang tugas, tipe-tipe belajar dan analisa
tugas. Dalam masalah itu diperlihatkan bagaimana mengidentifikasikan dan
menyeleksi tujuan belajar, dan bagaimana memilih dan mengurutkan bahan
pelajaran itu. Kemudian desainer harus menunjukkan pula bagaimana cara
menyeleksi dan mengorganisasikan pembelajaran siswa secara maksimal. Prosedur
dalam tahap desain ini disebut evaluasi sistem yang efektif.
Bila ditinjau
dari konsep pendidikan Islam, sistem pembelajaran dapat kita jumpai pada wahyu
pertama QS.Al Alaq : 1-5, dalam kelima ayat tersebut jelas mengandung pesan
yang dapat ditafsirkan sebagai sistem pendidikan dan pengajaran. Pada ayat
tersebut sekurang-kurangnya terdapat lima 5 komponen pendidikan :
(1) komponen guru (yaitu
Allah, SWT) karena Dia-lah yang memerintahkan membaca kepada Nabi Muhammad SAW.
(2) komponen murid (Nabi Muhammad SAW) yang
diperintah untuk membaca yang bisa diartikan secara luas termasuk
mengobservasi, mengklasifikasi, membandingkan,
mengukur, menganalisa, menyimpulkan dan sebagainya.
(3) komponen metode, yaitu membaca (iqro’)
sehingga ada istilah metode iqro’
(4) komponen sarana-prasarana (diwakili kata
qalam) dalam arti yang seluas-luasnya termasuk alat tulis, alat hitung, alat
rekam dan alat/sarana prasarana lainnya.
(5) komponen kurikulum
(‘allamal insana maa lam ya’lam), yang tidak hanya terbatas pada sejumlah mata
pelajaran, tetapi mencakup pula berbagai sumber belajar yang berada
dilingkungan sekolah dan masyarakat sepanjang hal itu belum diketahui manusia
dan dibutuhkannya.
Dari analisa
sederhana diatas, jelaslah bahwa al Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam
sangat menaruh perhatian yang besar terhadap sistem pembelajaran.
D.
Kesimpulan
Komponen
dalam pembelajaran sistemik adalah
didasarkan pada asumsi bahwa pendidikan adalah sistem, yaitu proses yang
ditentukan oleh beberapa elemen atau faktor yang berinteraksi. Yang meliputi :
tujuan belajar, materi, metode mengajar, sumber belajar, media, manajemen,
evaluasi, anak yang belajar, dan kompetensi guru.
Berfikir sistemik
dalam pembelajaran adalah proses Berfikir yang didasarkan pada masalah
pembelajaran sebagai suatu keseluruhan secara tuntas dan dapat mendalami pula
bagian-bagiannya.
Setidaknya ada 3 hal yang utama dalam sistem
pembelajaran yaitu : memiliki tujuan, memiliki Isi yang dirancang untuk memenuhi
kewajiban dan beban belajar, serta ada Proses yang berjalan dalam rangka
mencapai tujuan sistem pembelajaran.
Sistem
pembelajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur
manusia, material (fasilitas, perlengkapan) dan prosedur yang berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan.
E. Penutup
Demikianlah
makalah yang sangat sederhana mudah- mudahan ber manfaat bagi kita
semua.Sebelum kami tutup makalah ini kami ingin menyampaikan sebuah slogan ”Dedikasi dan
frofesionalisme guru adalah kunci keberhasilan sebuah pendidikan”. Kami kelompok dua mohon yang
sebesarnya-besarnya atas kekurangan makalah kami.
Daftar Pustaka
Endang soenaryo, Teori
Perencanan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem, Adicita Karya Nusa,
Yogyakarta, 2000
M.
Saekan Muchith, pembelajaran Kontekstual,
Rasail Media Group, semarang, 2008.
Oemar
hamalik, Perencanaan Pengajaran
berdasarkan Pendekatan sistem, Bumi Aksara, Jakarta, 2004.
Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Pemerintah Propinsi Lampung, 2004
http//Amachmud.blogspot.com/2011/04/Berfikir-sistemik-dalam-pembelajaran.
If you would like an alternative to randomly approaching girls and trying to find out the right thing to say...
ReplyDeleteIf you would prefer to have women hit on YOU, instead of spending your nights prowling around in crowded bars and night clubs...
Then I encourage you to watch this short video to discover a shocking little secret that might get you your own harem of beautiful women:
FACEBOOK SEDUCTION SYSTEM...